bogortraffic.com, KOTA BOGOR- Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor berkolaborasi dengan mitra pariwisata, termasuk Jalan Pagi Sejarah (Japas), untuk meningkatkan daya tarik wisata di Kota Bogor.
Inisiator Japas, Jhonny Pinot, menjelaskan bahwa belum lama ini pihaknya mengikuti pertemuan bersama para pelaku pariwisata dan perhotelan yang dijembatani oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor.
Jhonny, yang telah bertahun-tahun mengunjungi situs bersejarah dan membagikannya melalui media sosial, mengaku mendapat respons positif dari para pengikutnya.
Bahkan, kehadiran Japas juga merupakan hasil dari permintaan followers, khususnya dari luar Kota Bogor, yang ingin ikut serta dalam kunjungan ke tempat-tempat bersejarah.
“Saat ini kami sedang merancang trip sejarah untuk tamu-tamu hotel. Jadi nanti di hotel-hotel akan ada display penawaran tour sejarah, dan itu sedang kami persiapkan,” ujar Jhonny, Sabtu (19/4/2025)
Kepala Disparbud Kota Bogor, Iceu Pujiati, menyatakan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan sektor pariwisata merupakan ikhtiar yang akan terus dikembangkan.
“Kolaborasi antarmitra pariwisata, salah satunya oleh Jhonny Pinot sebagai influencer yang aktif melakukan kegiatan Japas di Kota Bogor. Kita harus mengubah pasar yang sebelumnya lebih banyak pada Mice government, menjadi pasar wisata murni. Kota Bogor harus menjadi tujuan wisata,” katanya.
Pihaknya juga telah menjembatani pertemuan antara PHRI, IHGMA, influencer, EO, ASITA, pengelola DTW, dan lainnya untuk segera melakukan kolaborasi dengan hotel.
“Langkah selanjutnya adalah promosi bersama guna membangun ekosistem pariwisata yang kuat,” ucap Iceu.
Kolaborasi ini juga sejalan dengan arahan Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, yang menyebut bahwa Kota Bogor harus berkembang sebagai kota tujuan wisata.
Ia mengakui, saat ini Kota Bogor masih sangat bergantung pada kegiatan MICE government, termasuk sektor perhotelan yang mengandalkan aktivitas pemerintah pusat di Bogor.
“Tantangan ke depan adalah pemindahan ibu kota. Jadi, turunnya okupansi karena berkurangnya kegiatan pusat di Bogor bisa jadi latihan sebelum ibu kota benar-benar pindah ke IKN,” ujar Dedie Rachim.
Dedie Rachim menambahkan, Pemkot Bogor kini tengah memperkuat identitas sebagai kota wisata. Namun, pengembangan ini membutuhkan proses dan tahapan.
Ia berharap perekonomian nasional, termasuk Kota Bogor, akan terus membaik.
Gayung bersambut, Kementerian Pariwisata RI menyatakan kesiapannya mendukung pengembangan dan promosi wisata di Kota Bogor.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, yang menanggapi kondisi terkini pariwisata Indonesia, termasuk penurunan okupansi hotel di Bogor.
Ia menyatakan telah berkomunikasi dengan Wamendagri, Bima Arya, serta kementerian terkait untuk membahas pergeseran pasar pariwisata yang selama ini bergantung pada MICE government.
“Dari pemerintah, kami akan komunikasikan lebih lanjut. Kami sudah diskusi bagaimana pasar yang sebelumnya didominasi oleh MICE bisa dialihkan,” ujarnya saat menghadiri panen raya padi di Kampung Tematik Desa Wisata AEWO, Kelurahan Mulyaharja, Bogor Selatan, Kamis (17/4/2025).
Ia menambahkan, memang tidak akan sepenuhnya (beralih), tapi setidaknya bagaimana bisa mulai membuka peluang pasar baru.
“Untuk (okupansi) kembali 100 persen tentu kita lihat dulu, tapi pasar baru ini harus kita sasar,” ujar Ni Luh Puspa.
Ia menyadari bahwa akan ada banyak kebijakan dari Kementerian Pariwisata terkait efisiensi, yang berdampak pada sektor pariwisata, terutama perhotelan.
Meski demikian, ia menyampaikan bahwa ini menjadi titik balik untuk melakukan peralihan. Ia mendorong agar mulai menggali ide-ide kreatif dan membuka keran dari sektor lainnya untuk mendukung kepariwisataan.
“Kalau bicara data, Kementerian Pariwisata terus mendorong agar kita mulai banyak menyasar wisata leisure baik secara kelompok maupun individu yang tujuannya benar-benar untuk berwisata,” ucapnya.
Menurut Ni Luh Puspa, dengan potensi luar biasa yang dimiliki, Bogor harus lebih kreatif untuk mencari pasar baru, termasuk wisata komunitas dan asosiasi, tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga dari luar negeri.
Saat ini, lanjut Ni Luh Puspa, Kemenpar RI sudah menyusun formula untuk menyikapi situasi ini dan akan dikembangkan bersama guna menyasar pasar baru.
Sebagai informasi, Japas yang berdiri sejak 2024 menjadi angin segar sebagai daya tarik wisata yang untuk meningkatkan okupansi perhotelan yang saat ini mengalami penurunan.