Bogor Traffic, Pendidikan – Program Merdeka Belajar telah menjadi pendorong penting bagi transformasi pendidikan vokasi di Indonesia. Pendidikan tinggi vokasi, yang sebelumnya dianggap kaku dan kuno, kini dituntut untuk berinovasi dan mengadopsi metode pembelajaran yang lebih modern dan relevan.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati, menyatakan bahwa dengan penerapan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 53 Tahun 2023 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, pendidikan vokasi memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi dengan standar nasional yang lebih dinamis dan tidak bersifat preskriptif.
Menurut Kiki, pendidikan vokasi harus menjalani transformasi akademik yang signifikan dan meninggalkan model-model pembelajaran yang mungkin sudah usang dan tidak sesuai lagi dengan perkembangan saat ini. Dia menekankan bahwa sambil prinsip belajar “mastery learning” tidak salah, akan tetapi dengan kemajuan strategi dan teknologi pembelajaran serta fasilitas yang semakin canggih, dosen dan politeknik harus lebih inovatif dalam menghadirkan pengalaman belajar yang menarik dan efektif.
Kiki juga mendesak para dosen untuk berpikir lebih inovatif dan responsif terhadap perubahan. Dia menyatakan, “Para dosen seharusnya bisa lebih berinovasi lagi.”
Dia juga melihat bahwa Merdeka Belajar episode ke-26 sebenarnya memberikan dorongan dan legitimasi bagi para dosen untuk menjalani inovasi dan membawa pendidikan vokasi ke dalam era yang lebih modern.
Kiki juga mencatat bahwa pendidikan vokasi bisa menggunakan model pendidikan dual system, yang memungkinkan mahasiswa untuk memiliki eksposur yang lebih besar ke dunia industri. Dalam hal ini, pendekatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan industri menjadi fokus utama.
Meskipun begitu, dia juga menegaskan bahwa penggunaan sistem paket dalam pendidikan vokasi tidak sepenuhnya dikecam. Namun, dia menekankan pentingnya memastikan bahwa kurikulum yang mengadopsi model paket benar-benar mempertimbangkan kebutuhan akan kompetensi yang diajarkan.
“Jadi, harus dipikirkan mana yang harus benar-benar paket. Misalnya, seorang pilot harus memiliki kompetensi dalam mengemudikan pesawat kecil sebelum diperkenankan untuk mengemudikan pesawat besar,” tambah Kiki.
Kiki juga mendorong politeknik untuk merevisi kurikulum mereka agar dapat lebih mengakomodasi potensi-potensi mahasiswa, baik dalam hal kompetensi berjenjang maupun kompetensi yang lebih fleksibel. Transformasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa pendidikan vokasi di Indonesia tetap relevan dan mampu memenuhi kebutuhan industri serta perkembangan zaman.