EXPOSE 2024: Mahasiswa IPB Bahas Tantangan dan Solusi Pengelolaan Lanskap Perkotaan

Mahasiswa IPB menyelenggarakan EXPOSE 2024 bertempat di Auditorium FMIPA Kampus Darmaga pada 21 Mei 2024. (Foto: Dok. FMIPA IPB)

bogortraffic.com, EDUKASI – Kawasan perkotaan dengan densitas penduduk dan bangunan yang tinggi menghadapi tantangan lingkungan yang signifikan seperti polusi udara, banjir, dan suhu udara lebih tinggi akibat efek urban heat island.

Hal ini diperparah oleh keterbatasan area Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Ruang Terbuka Biru (RTB) yang disebabkan oleh krisis lahan, konflik kepentingan antara stakeholders, minimnya anggaran pemerintah daerah, serta tekanan ekologis.

Berita Lainnya

Kebutuhan RTH dan RTB di perkotaan menjadi sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang sehat, seimbang, dan berkelanjutan. Menyikapi masalah tersebut, mahasiswa semester 6 dari mata kuliah Pengelolaan Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap Faperta IPB, menyelenggarakan EXPOSE 2024 yang berlangsung di Auditorium FMIPA Kampus Darmaga pada 21 Mei 2024. Acara ini mengangkat tema “When Green Meets Blue: Strategies for Urban Landscape Management”.

Prof. Hadi Susilo Arifin, koordinator mata kuliah Pengelolaan Lanskap, menjelaskan bahwa EXPOSE ini sudah rutin dilaksanakan setiap tahun sejak 1999. Pada tahun ini, kajian difokuskan pada kasus RTH dan RTB di Sentul City dan Taman Sungai Kendal, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.

“Kajian dilakukan selama empat minggu berbarengan dengan program praktisi mengajar,” jelas Hadi.

Dr. Kaswanto, penanggung jawab praktikum, menambahkan bahwa EXPOSE 2024 ini dilaksanakan di wilayah kerja kedua praktis mengajar. Prastiti Handayani, Head of Service Management PT. Sentul City Tbk, dan Muhammad Ali, Kepala Seksi Bidang Taman, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi Jakarta, juga turut berpartisipasi sebagai praktisi mengajar.

Menurut Prof. Hadi, pengelolaan atau manajemen merupakan tahap akhir dari proses perencanaan, desain, konstruksi, atau pembangunan.

“Kunci keberhasilan suatu proyek tergantung pada tangan-tangan manajer pengelola,” terangnya.

Jika setiap lembaga pengelola melakukan rencana pengelolaan (management plan) dengan baik, semua proyek lanskap diharapkan dapat berkelanjutan.

Dr. Kaswanto menjelaskan bahwa rencana pengelolaan terdiri dari enam elemen yaitu struktur organisasi, tenaga kerja, alat & bahan, penjadwalan, anggaran biaya, dan implementasi atau metode. Hasil kajian yang dipresentasikan melalui EXPOSE 2024 diharapkan dapat membuat mahasiswa menguasai proses dan mengorganisasikan keenam elemen rencana pengelolaan tersebut secara optimal dan berkelanjutan.

Muhammad Ali menambahkan bahwa kombinasi konsep RTH dan RTB tidak sulit untuk diimplementasikan, seperti pada Taman Sungai Kendal yang didominasi oleh RTB karena kondisi existing-nya adalah persawahan.

“Sehingga Taman Kendal secara fungsional dapat dimanfaatkan menjadi lanskap yang produktif,” jelasnya.

Prastiti Handayani juga menekankan pentingnya konsep eco-city dengan mempertahankan keragaman hayati serta memanfaatkan hubungan ekosistem RTH dan RTB secara harmonis.

EXPOSE 2024 yang dikoordinasi oleh Rizky Azru Anwar, dibuka oleh Ketua Departemen Arsitektur Lanskap, Dr. Akhmad Arifin Haid, dan dihadiri oleh beberapa mahasiswa S3 PSL yang sedang melakukan penelitian tentang RTH dan RTB.

Produk-produk EXPOSE berupa video pendek, presentasi PPT, dan standing banner telah disajikan dengan sangat baik. Prof. Hadi berharap para mahasiswa dapat memahami hubungan RTH dan RTB tidak hanya dari teori, tetapi juga melalui praktek dan implementasi di lapangan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan