Angka Pernikahan di Indonesia Menurun, Ini Penjelasan Kepala BKKBN

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Wardoyo (Dok. BKKBN)

Bogortraffic.com, Yogyakarta – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr Hasto Wardoyo, menyampaikan bahwa perbedaan tujuan antara laki-laki dan perempuan menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan angka pernikahan di Indonesia.

Dalam acara temu media di Kota Yogyakarta, Jumat malam, dr Hasto Wardoyo mengungkapkan bahwa tujuan menikah memiliki perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan. Menurutnya, sementara perempuan cenderung mencari keamanan dalam hubungan, laki-laki lebih fokus pada kebutuhan untuk memiliki keturunan.

Berita Lainnya

“Ironisnya, pada umumnya tujuan pasangan menikah masih terpusat pada prokreasi atau untuk menghasilkan keturunan,” ujarnya.

Dr Hasto juga mencatat bahwa usia rata-rata perempuan yang menikah semakin mundur, dari 20 tahun menjadi 22,3 tahun. Hal ini, menurutnya, dapat menyebabkan risiko stunting pada anak-anak di masa depan.

Selain perbedaan tujuan, tekanan sosial juga menjadi faktor yang signifikan. “Di Indonesia, ada tekanan yang kuat dari lingkungan sekitar untuk segera memiliki anak setelah menikah,” tambahnya.

Menyoroti data dari Sistem Informasi Manajemen Nikah (Simkah) Kementerian Agama, dr Hasto mengungkapkan bahwa angka pernikahan mengalami penurunan signifikan dari tahun ke tahun. Pada 2023, tercatat 1.544.571 pasangan Muslim menikah, turun dari 1,71 juta pasangan pada tahun sebelumnya.

Tidak hanya itu, dr Hasto juga menyoroti meningkatnya usia remaja yang melakukan hubungan seksual pertama kali di usia 15-19 tahun. Persentase perempuan usia 15-19 tahun yang telah melakukan hubungan seksual mencapai 59 persen, sementara laki-laki mencapai 74 persen.

“Data ini menggambarkan bahwa walaupun usia menikah cenderung mundur, usia awal melakukan hubungan seksual justru semakin muda. Hal ini menunjukkan peningkatan perilaku berisiko di kalangan remaja, yang perlu menjadi perhatian bersama,” tutup dr Hasto.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan