Bank Indonesia (BI) Jawa Barat kembali mendukung upaya ekspor kopi dari petani lokal. Kali ini, Kelompok Tani Wanoja, yang beranggotakan perempuan-perempuan petani kopi dari Kabupaten Bandung, berhasil mengirimkan 17 ton kopi green bean senilai Rp2,4 miliar ke Belanda pada awal September 2024. Sebelumnya, pada Februari, kelompok ini juga sukses mengekspor 7 ton kopi ke Arab Saudi dengan nilai lebih dari Rp1,1 miliar.
Prestasi ini menunjukkan bahwa Wanoja bukan sekadar pemain baru di industri kopi, tetapi mereka juga mampu memenuhi standar pasar internasional yang ketat. Keberhasilan ini tak terlepas dari upaya keras dan konsistensi mereka dalam menjaga kualitas produk serta dukungan dari Bank Indonesia Jawa Barat.
Awalnya, tujuan penanaman kopi oleh Kelompok Tani Wanoja pada tahun 2012 adalah untuk mencegah longsor di sekitar lingkungan mereka. Namun, usaha ini berkembang pesat, bahkan berhasil meraih penghargaan di ajang Cup of Excellence Indonesia 2023 dan mengikuti lelang internasional di Singapore Coffee Auction pada tahun 2021 dan 2022.
Menurut Eti, salah satu penggerak kelompok tani tersebut, kunci keberhasilan mereka adalah konsistensi dalam menjaga kualitas kopi terbaik dan kesediaan untuk terus belajar. Selain itu, sokongan pihak luar, terutama dari Bank Indonesia, memainkan peran penting dalam perkembangan usaha mereka. “Ekspor ini sebenarnya tidak susah sepanjang kita tahu ilmunya. Tantangannya adalah soal aturan kemasan, kontinuitas, dan teknologi pemrosesan,” jelasnya.
Bank Indonesia Jawa Barat telah memberikan dukungan kepada Wanoja, mulai dari pelatihan, peningkatan kapasitas produksi, hingga fasilitas infrastruktur seperti mesin fermentasi kopi dan program export coaching. Dukungan ini memungkinkan Wanoja untuk bersaing di pasar global.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat, M Nur, menjelaskan bahwa keterlibatan BI dalam mendukung ekspor kopi adalah bagian dari upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi melalui peningkatan devisa. “Kami mendorong petani kopi di Bandung Barat, Sumedang, Garut, Bogor, dan Subang, karena pasar ekspor kopi masih sangat luas. Kami ingin kopi dari Jawa Barat bisa mencapai standar internasional seperti yang dilakukan Wanoja,” katanya.
Indonesia sendiri berada di peringkat keempat negara penghasil kopi dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Jawa Barat menempati posisi lima besar nasional dalam produksi kopi. Namun, tantangan yang masih dihadapi adalah minimnya informasi tentang ekspor, sehingga program export coaching yang lebih masif diperlukan untuk memperluas jaringan petani kopi Jawa Barat di pasar internasional.
Potensi besar ini harus dikelola dengan baik, termasuk dengan kolaborasi antarpetani kopi. “Permintaan kopi internasional sangat besar, tapi mungkin sulit dipenuhi secara individu. Kita perlu berkolaborasi, terutama antar-klaster kopi, untuk meningkatkan ekspor dari Jawa Barat,” tambah M Nur.
Kesuksesan Kelompok Tani Wanoja menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara petani, pemerintah, dan BI dapat membuka peluang besar bagi kopi Jawa Barat di pasar global.