bogortraffic.com, BALI- Dua belas negara anggota International Maritime Organization (IMO) melakukan kunjungan langsung (site visit) ke Bali Maritime Tourism Hub dan Pelabuhan Sanur, sebagai bagian dari kegiatan benchmarking terhadap implementasi Maritime Single Window (MSW) di Indonesia, Rabu, (13/11).
Site visit ini adalah bagian dari rangkaian hari kedua kegiatan Workshop Maritime Single Window 2024 yang dihelat oleh Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sejak tanggal 12 November hingga 14 November.
“Kami mengajak para delegasi untuk dapat bertukar pikiran dan melihat secara dekat sistem digitalisasi pelabuhan-pelabuhan utama di Bali dalam menyederhanakan dan mempercepat proses administrasi pelabuhan, mulai dari perizinan kapal hingga pengurusan dokumen-dokumen penting lainnya,” ungkap Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Benoa, Capt. Herbert Elisa P. Marpaung, saat ditemui pada pendampingan delegasi.
Menjadi destinasi pertama, para delegasi berkunjung ke kantor PT Pelindo Regional 3 Sub Regional Bali-Nusa Tenggara. Di sana, delegasi dari 12 negara anggota IMO melihat bagaimana Pelabuhan Benoa melayani berbagai jenis kapal, termasuk kapal niaga dan kapal pesiar, serta infrastruktur digital pelabuhan yang sudah menerapkan Maritime Single Window.
“Penerapan Maritime Single Window tentunya memerlukan komitmen dan kerja sama yang solid antara pemerintah sebagai regulator dan stakeholder seperti operator pelabuhan (Pelindo), perusahaan pelayaran, dan pelaku usaha logistik lainnya,” jelas Herbert.
Kerja sama ini, lanjutnya, menjadi sangat penting guna memastikan semua proses terintegrasi dengan baik dan memungkinkan adaptasi yang lebih cepat melalui aspek infrastruktur teknologi dan penyiapan sumber daya manusia yang mumpuni.
Tidak hanya itu, guna memperbaiki iklim investasi dan meningkatkan daya saing perekonomian nasional, Pelabuhan Benoa juga telah menerapkan National Logistic Ecosystem (NLE) sesuai Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional. Pelabuhan Benoa adalah salah satu yang mendapat penilaian rapor hijau atau baik oleh Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK).
“NLE di Pelabuhan Benoa diharapkan memberikan kontribusi positif terhadap proses logistik nasional melalui terobosan pada layanan SSM Pengangkut, SSM Quarantine dan Single Billing,” ucap Herbert.
Melihat daya tarik pariwisata Pulau Dewata lebih dekat, tak lengkap rasanya jika tidak berkeliling Bali Maritime Tourism Hub (BMTH). BMTH adalah Proyek Strategis Nasional yang digagas sebagai pengembangan Pelabuhan Benoa dalam memberikan nilai tambah sektor pariwisata laut.
Di depan para delegasi, Herbert menjelaskan bahwa Pelabuhan Benoa sudah puluhan tahun melayani kapal pesiar wisata mewah (cruise) atau kapal wisata layar (yacht).
“Benoa menjadi tujuan turis asing mancanegara dan domestik untuk menikmati wisata bahari maupun atraksi wisata lainnya di Pulau Dewata. Tidak hanya menjadi dermaga persinggahan, Benoa juga menjadi hub keberangkatan bagi para wisawatan yang ingin merasakan plesiran di kapal pesiar,” tuturnya.
Puas mengelilingi BMTH, para delegasi kemudian bergerak melihat benchmark selanjutnya, yaitu Pelabuhan Sanur. Didampingi oleh Kepala KSOP Kelas II Benoa, para delegasi diajak untuk berkeliling melihat Pelabuhan Sanur, pelabuhan yang disiapkan sebagai titik konektivitas kawasan segitiga emas—Sanur, Nusa Penida, dan Nusa Lembongan.
Pelabuhan Sanur, ungkap Herbert, telah menerapkan teknologi untuk mempermudah akses dan meningkatkan keamanan penumpang dimana kebanyakan penumpangnya adalah wisatawan/turis.
“Turis mancanegara banyak sekali yang ingin berplesiran ke Nusa Penida menuju Nusa Lembongan karena tempat tersebut terkenal dengan wisata water sportnya. Kemajuan signifikan di Nusa Penida tidak terlepas dari infrastruktur pelabuhan yang dibangun oleh Pemerintah Indonesia,” tandasnya.
Apresiasi Delegasi
Pengelolaan Bali Maritime Tourism Hub yang sistematis membuat delegasi dari Ethiopian Maritime Authority, Captain Getinet Abay Gebru menyampaikan kekagumannya.
“Banyaknya embarkasi dan debakarsi penumpang di Pelabuhan Benoa membuat pemerintah harus sigap mengatur waktu keberangkatan kapal dengan optimal. Sangat luar biasa bagaimana Pemerintah Indonesia melalui KSOP Kelas II Benoa dapat mengelola ini dengan baik,” ucap Getinet.
Pada kesempatan yang sama, Mirana Dimbisoa Louisia, delegasi dari Maritime Authority APMF Madagaskar memberikan apresiasi terhadap Indonesia atas komitmen dalam menerapkan standar IMO dan menjadikan Maritime Single Window sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam modernisasi pelabuhan.
“Saya sangat senang dapat turut berpartisipasi dalam acara Workshop MSW 2024. Melalui benchmarking ini, diharapkan Indonesia dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain dalam mengadopsi teknologi serupa untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing sektor maritim secara global,” tutup Mirana.